Sunday, March 6, 2011

What is The Meaning of Gengsi?

Hmmm.. Saya mengetik ini di tengah-tengah cuaca bogor yang sedang hujan siang-siang. Sungguh suasana yang sangat nyaman kalau kita bisa menikmatinya. Kadang di tengah cuaca seperti ini saya merenung. Apa ya yang dilakukan oleh orang-orang di luar sana? Di kampung saya ini masih banyak anak-anak yang jadi ojek payung. Walaupun sudah tidak sebanyak dulu lagi. Mungkin gengsi ya? Hehehe..Saya suk tertawa sendiri mendengar kata ini. "Gengsi". Kata yang sangat akrab terutama di masyarakat kita.
Terus terang saya juga pernah mengalami sindrom ke"gengsi"an ini. Saya yang sering naik motor merasa kurang nyaman kalau naik angkot. Alasannya sebenarnya menggelikan. Saya tidak nyaman kalau duduk dempet-dempetan. Hahahaaa!! Padahal saya dulu kemana-mana naik angkot. Dan motor saya pun hanya Supra Fit yang kalau di jual harganya lebih murah dari laptop terbaru!! Hmm... Kadang kita suka melihat sesuatu lebih rendah dari kita dan kita "meninggikan" diri kita sendiri.
Contoh yang lebih besar bisa kita lihat pada kondisi masyarakat kita terutama kalangan terpelajar. Sering kita lihat yang sudah menggenggam gelar sarjana merasa "gengsi" kalau harus jualan. Merasa gengsi kalau tidak pake BB. Padahal kadang kita belum perlu-perlu amat. Yang parah anak SMA merasa ketinggalan jaman kalau hp-nya masih yang merek SE atau NOK. Maunya BB!! Sampai-sampai ada ekspatriat yang bingung kok hp bisnis dipake sama anak SMA. Hehhee..
Tapi saya tidak memukul rata ya itu cuma contoh saja kok. Kadang juga yang gengsi itu keluarga. Misalnya kita ingin merintis bisnis. Keluarga sering tidak setuju atau menakut-nakuti. Misalnya "Ngapain sih jualan mending kerja di bank "A". Atau "bisnis itu perlu modal. Kamu siap bayar utang?", dsb. Kalau dicerna lebih jauh sebenarnya itulah kondisi mental masyarakat kita. Kita lebih merasa nyaman dan aman bila kita kerja di sebuah kantor besar, dengan nama besar, dengan jabatan besar/tinggi, dibanding kita merintis dari nol, jualan pakai gerobak,atau kepanasan di atas motor.
Tapi itu pilihan kok. Saya menghargai teman-teman saya yang memilih menjadi karyawan. Karena memang semuanya kembali lagi kepada pilihan kita.
Saya juga dulu anti sama yang namanya MLM. Dan ketika saya bergabung di Avail saya tidak langsung aktif. Saya lebih ke arah menjual saja. Karena saya "gengsi" menawarkan ke orang lain untuk jadi member di bawah saya. Saya tidak suka dengan komentar orang yang bilang "Bisnis kamu MLM yaaaa..". Dan saya terpengaruh dengan kalimat "bisnis MLM itu bisnis rendahan".
Tapi setelah saya renungi, saya menyadari ternyata kegengsian itu berasal dari rasa "takut". Takut diomongin orang,takut ditolak, takut dicemooh, takut tidak dihargai, dll. Jadi terkadang rasa gengsi kita tidak berbeda jauh dari rasa ketakutan kita. Seiring berjalannya waktu saya banyak bertemu orang-orang yang sukses di MLM, baik di Avail atau di tempat lain, seperti DBS, Tupperware, K-Link, dsb,pandangan saya berubah. Kalau banyak yang sukses maka buat apa kita takut?? Memang banyak yang tidak berhasil di bisnis ini. Tapi itu bukan alasan, karena banyak juga kok yang tidak berhasil di bisnis konvensional. Banyak pengusaha atau toko yang gulung tikar tapi kita tidak tahu saja. Yang penting balik lagi ke tujuan kita. Kita mau sukses atau tidak? Lagipula di MLM investasi yang kita keluarkan tidak seberapa. Kalu mau hitung-hitungan modal, modal untuk MLM rata-rata paling tinggi itu hanya 5 Jutaan. Bayangkan 5 juta itu kalau mau buka toko apa cukup? dan 5 juta itu tidak langsung kok, karena kita bisa memulai investasi dari hanya ratusan ribu saja. Di Avail pun sangat murah. Daftar member cuma 60.000 perak. Dan minimal belanja dari satu bal yang harganya cuma 250 ribuan juga bisa. Gak ada modal juga buat belanja? Pinjam saja dulu stoknya ke upline kita!!!Kalau kita semangat dan sungguh-sungguh bisa langsung kita lunasi dalam waktu 2-3 hari.
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara kalau kita ingin sukses. Yang penting kita jauh-jauh deh dari namanya "gengsi". Jualan kita ditolak? Ahhh makin banyak ditolak itu sebenarnya mengasah skill dan kesabaran kita kok. Karena dibalik penolakan maka akan ada jalan yang mengantarkan kita ke penerimaan. Satu saja bekal kita: percaya!! Jadi Anda percaya atau tidak? Kalau saya sih PERCAYA!!!.
Dan saya ingat ucapan pak Mario Teguh: "Batas tertinggi penghasilan dari karyawan adalah gaji dari atas, tapi batas pengusaha hanya dirinya sendiri". Jadi mau jadi sebesar apakah diri kita? Kita yang menentukan sendiri. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi motivasi terutama buat saya yang menulisnya, hehehe... Semangat teruuuusss!!! SAY NO TO GENGSI!!!

No comments: